Penyakit MERS
MERS (Middle East Respiratory Syndrome) yakni penyakit yang menyerang saluran pernapasan. MERS salah satu penyakit menular, tetapi penularannya tak semudah penyakit flu biasanya. Virus yang menjadi penyebab MERS biasanya akan menular karena kontak secara langsung, seperti menular pada orang yang memberikan perawatan pada penderita MERS karena tidak menerapkan dengan benar prosedur perlindungan terhadap serangan virus penyakit MERS.
Gejaja MERS
MERS dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan flu biasa karena virus penyebabnya sejenis. Umumnya, gejala dari penyakit ini dirasakan dalam waktu 1 hingga 2 minggu setelah terinfeksi virus. Meski begitu, MERS bahkan tak menunjukkan gejala. Tapi, ada beberapa gejala MERS yang dapat timbul, antara lain:
- Demam
- Batuk-batuk
- Napas pendek
- Gangguan pencernaan, seperti diare, mual, dan muntah
- Nyeri otot
- Sakit tenggorokan
- Kesulitan bernapas.
Selain itu, ada juga gejala yang kurang umum, yaitu:
- Batuk berdarah
- Mual dan muntah
- Diare.
Tidak hanya itu, tanda-tanda pneumonia juga sering dialami oleh mereka yang mengidap MERS. Karena tahap-tahap awal penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu lantaran MERS termasuk penyakit yang sulit dideteksi. Maka dari itu, disarankan untuk awas dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas.
Penyebab MERS
Penyakit MERS disebabkan oleh serangan virus korona. Asal mula virus korona hingga kini belum diketahui pasti, akan tetapi virus ini diduga kemungkinan besarnya berasal dari hewan unta. Negara Timur Tengah di duga sebagai Negara asal kemunculan MERS. Para pakar berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor peningkat risiko seseorang tertular MERS, antara lain :
- Usia lanjut membuat seseorang lebih rentan terserang MERS
- Mengalami imunitas menurun, misalnya para pengidap HIV lebih rentan MERS
- Memiliki riwayat penyakit kronis tidak menular lebih rentan MERS seperti penderita diabetes dan kanker
- Memiliki riwayat penyakit paru-paru, rentan pula terhadap MERS
- Merawat dan berada di sekitar penderita MERS tetapi mengabaikan prosedur pengamanan diri terhadap virus
- Mengonsumsi daging unta yang tidak dimasak dengan baik dan matang.
Selain itu, mengonsumsi susu yang tidak disterilisasi. Semua itu meningkatkan risiko serangan MERS.
Diagnosis MERS
Awalnya, penyedia layanan kesehatan perlu menanyakan tentang riwayat kesehatan. Jika sudah terjangkit, pengidap akan ditanyakan perkiraan kapan terpapar MERS,– termasuk perjalanan dan kontak terakhir dengan orang lain. Hal ini juga termasuk tentang kontak terakhir dengan unta. Ada beberapa tes yang bisa dilakukan, seperti:
- Rontgen dada
- Tes darah
- Usap hidung atau tenggorokan
- Pemeriksaan tinja
- Kultur dahak.
Selain itu, uji laboratorium juga bisa dilakukan untuk memastikan MERS, yaitu:
- Uji molekuler, Tes ini dilakukan untuk mendiagnosis infeksi MERS aktif
- Uji serologi, Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda infeksi MERS yang sudah lalu, dengan mendeteksi antibodi terhadap MERS.
Penanganan MERS
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan MERS. Perawatan dari penyakit ini dilakukan untuk membantu tubuh dalam melawan penyakit tersebut. Hal ini disebut juga dengan perawatan suportif. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Mengonsumsi obat nyeri untuk meringankan rasa sakit dan mengurangi demam, seperti asetaminofen dan ibuprofen.
- Perbanyak istirahat.
Selain itu, ada juga beberapa perawatan selama sakit parah, seperti:
- Pemberian cairan intravena untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
- Pemberian oksigen tambahan agar asupan oksigen tercukupi.
- Konsumsi obat vasopresor untuk membantu meningkatkan tekanan darah yang terlalu rendah.
Komplikasi MERS
Pada beberapa kasus, MERS dapat menyebabkan masalah yang lebih parah atau komplikasi. Hal ini lebih berisiko untuk orang yang sudah berumur atau lansia, memiliki sistem kekebalan yang lemak, serta mengidap penyakit kronis. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, antara lain:
- Infeksi paru-paru (pneumonia)
- Kegagalan pernapasan dan bahkan membutuhkan mesin pernapasan (ventilator)
- Gagal ginjal dan organ lainnya
- Infeksi yang meluas dan tekanan darah rendah (syok septik)
- Kematian.
Pencegahan MERS
Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terjangkit MERS, yaitu sebagai berikut:
- Mengenakan masker dan segera mencari petugas medis jika terjadi gejala pernapasan
- Menjaga kebersihan tangan
- Menutup hidung dan mulut dengan kertas tisu ketika bersin dan buang kertas tisu kotor di tempat sampah berpenutup
- Meningkatkan kekebalan tubuh yang baik dengan menjalani diet yang seimbang, olahraga teratur istirahat yang cukup, jangan merokok dan hindari konsumsi alkohol.
- Gunakan detergen dan agen pembersih, karena virus tersebut mudah dihancurkan dengan sebagian besar detergen dan agen pembersih
- Menjaga ventilasi yang baik.