Tetanus – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Tetanus – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
Tetanus – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Penyakit Tetanus

Penyakit tetanus adalah salah satu kondisi terjadinya kerusakan atau kelainan pada sistem saraf yang menyerang bagian otot. Penyakit tetanus muncul disebabkan karena bakteri Clostridium tetani. Adanya bakteri ini akibat adanya racun yang dikeluakan oleh spesies bakteri Clostridium tetani. Tetanus cukup berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.

Gejala Tetanus

Gejala utama tetanus adalah otot rahang (trismus) yang mengencang. Kondisi ini dapat menyebabkan mulut sulit terbuka dan penderitanya sulit menelan makanan. Gejala lain yang muncul akibat tetanus adalah:

  • Kaku otot yang meluas hingga ke leher, lengan, dan perut
  • Sakit kepala
  • Sesak napas
  • Gelisah dan sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan
  • Demam lebih dari 38°C
  • Keringat berlebihan
  • Air liur keluar terus-menerus
  • Tekanan darah meningkat
  • Peningkatan detak jantung (takikardia)
  • Gangguan irama jantung (aritmia)

Kemunculan gejala tersebut bisa terjadi dalam 3–21 hari setelah infeksi terjadi, tetapi biasanya muncul di hari ke-14. Sementara pada bayi, butuh waktu selama 3 hingga 2 minggu sampai gejala pertama kali muncul.

Penyebab Tetanus

Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini banyak ditemukan di sekitar manusia, seperti di tanah, debu, tinja manusia atau hewan, serta di permukaan benda-benda yang berkarat.

Saat masuk ke dalam tubuh manusia, bakteri Clostridium tetani akan mengeluarkan racun tetanospasmin yang menyerang sistem saraf pusat. Racun ini nantinya akan menghalangi sinyal saraf dari sumsum tulang belakang ke otot. Akibatnya, otot menjadi kaku dan tegang.

Bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka terbuka di kulit, misalnya akibat:

  • Luka yang terkontaminasi tinja, tanah, debu, dan air liur
  • Luka tusuk akibat benda yang tajam, seperti paku atau jarum
  • Luka bakar
  • Luka yang disertai dengan jaringan mati, seperti gangrene
  • Luka akibat kecelakaan lalu lintas
  • Luka gigitan hewan, misalnya tikus

Semua orang bisa terkena tetanus, tetapi penyakit ini sering ditemukan pada bayi baru lahir. Tetanus pada bayi baru lahir disebabkan oleh penggunaan alat bersalin yang tidak steril atau karena ibu bayi tidak mendapatkan imunisasi tetanus lengkap. Seseorang lebih berisiko mengalami tetanus bila tidak menjalani vaksinasi tetanus secara lengkap.

Diagnosis Tetanus

Pihak medis dapat mendiagnosis tetanus melalui tanya jawab terkait keluhan dan riwayat kesehatan pasien, serta pemeriksaan pada tanda-tanda yang nampak. Namun, bila diperlukan, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan gejala yang dialami bukan disebabkan oleh penyakit lain, seperti:

  • Difteri
  • Rabies
  • Kejang umum
  • Kelebihan kalsium dalam darah (hiperkalsemia)
  • Perdarahan otak (perdarahan intrakranial)
  • Radang selaput otak dan sumsum tulang belakang.

Penanganan Tetanus

Penderita tetanus perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Pengobatan yang diberikan oleh dokter bertujuan untuk merawat luka dan meredakan gejala, meliputi:

Perawatan Luka
Perawatan luka bertujuan untuk membersihkan luka dari kotoran dan benda asing yang dapat membawa kuman atau bakteri. Dokter juga akan mengangkat jaringan kulit yang telah mati akibat tetanus agar bakteri tidak berkembang di jaringan kulit tersebut.

Obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gejala tetanus tergantung pada tingkat keparahan pasien, antara lain:

  • Suntikan antitetanus, untuk menetralkan racun
  • Antibiotik (metronidazole), untuk membunuh kuman tetanus
  • Obat penenang, seperti diazepam), untuk melemaskan otot yang tegang dan kaku
  • Obat magnesium sulfat dan penghambat beta, untuk mengatur irama jantung dan pernapasan

Vaksin Tetanus
Jika pasien belum menerima vaksin tetanus lengkap atau tidak yakin pernah mendapatkan vaksin tetanus sebelumnya, dokter akan memberikan vaksin tetanus pada pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien dalam melawan infeksi tetanus yang mungkin akan terjadi lagi di kemudian hari.

Tetanus merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Vaksin antitetanus hanya untuk menetralkan racun yang belum menyerang saraf. Selain itu, perawatan tetanus juga membutuhkan waktu yang lama, yaitu selama 2–4 bulan. Oleh karenanya, penting untuk mencegah penyakit ini dengan imunisasi tetanus.

Komplikasi Tetanus

Tetanus yang tidak segera mendapatkan penanganan medis dapat mengakibatkan terjadinya beberapa komplikasi kesehatan:

  • Gangguan pernapasan
    Kejang otot yang parah juga dapat memengaruhi otot saluran pernapasan bagian atas. Hal ini berpotensi mengganggu pernapasan penderita.
  • Retak atau patah tulang
    Selain terganggunya pernapasan, kejang otot yang terjadi dalam jangka waktu lama berpotensi menyebabkan tulang retak atau patah.
  • Infeksi nosokomial
    Infeksi nosokomial adalah salah satu bentuk infeksi yang terjadi ketika seseorang dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama. Infeksi yang mungkin terjadi adalah ulkus dekubitus (salah satu jenis luka kronis), pneumonia, emboli paru, dan infeksi akibat pemasangan alat-alat medis yang kurang steril.
  • Kematian
    Kondisi gangguan pernapasan adalah penyebab utama dari tetanus yang berujung pada kematian. Sistem pernapasan yang gagal berfungsi dengan normal menyebabkan terjadinya kondisi henti jantung (cardiac arrest).

Pencegahan Tetanus

Pencegahan penyakit ini merupakan hal yang sangat penting. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah dengan menjalani vaksinasi tetanus, agar tubuh membuat antibodi untuk melawan racun tetanus.

Di Indonesia, imunisasi tetanus bersifat wajib dan biasanya digabung dengan pemberian vaksin lainnya, yaitu difteri dan batuk rejan (vaksin DPT). Vaksin DPT diberikan sebanyak 3 kali pada anak sebelum usia 1 tahun, yakni pada usia 2, 3, dan 4 bulan, atau 2, 4, dan 6 bulan.

Vaksinasi tetanus perlu diulang sebanyak 4 kali, yakni pada saat anak berusia 18 bulan, 5 tahun, 7 tahun, serta pada usia 10–18 tahun. Setelah itu, vaksinasi perlu diulang setiap periode 10 tahun.

Pemerintah Indonesia juga mewajibkan wanita menjalani vaksinasi tetanus sebelum menikah dan saat hamil. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko bayi baru lahir tertular tetanus dari orang tuanya.

Selain itu, karena kasus kuman tetanus paling banyak masuk melalui luka, ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menghindari paparan infeksi tetanus, yaitu:

  • Menggunakan alas kaki yang tebal dan tertutup saat di luar ruangan
  • Menjalani vaksinasi tetanus lengkap sebelum bepergian ke luar negeri
  • Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin
  • Tidak menunda pertolongan pertama saat mengalami luka ringan
  • Mengganti balutan luka secara rutin dan menjaganya agar tidak basah
  • Memeriksakan diri ke medis ketika mengalami luka yang parah
  • Melakukan perawatan luka dengan benar.

Leave a Reply