Rabun Jauh (Miopi) – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Rabun Jauh (Miopi) – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
Rabun Jauh (Miopi) – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Rabun Jauh (Miopi)

Rabun jauh atau biasa dikenal miopi adalah penyakit mata yang apabila sesuatu dalam jarak jauh terlihat kabur, tetapi objek yang dekat tidak ada masalah. Miopi dikarenakan mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada tempat yang semestinya. Biasanya juga disebut mata minus.

Gejala Rabun Jauh

Miopia bisa terjadi kepada siapa saja, dan tidak mengenal umur. Umumnya, gejala yang timbul akibat miopia muncul ketika pengidap masih anak-anak. Berikut ini merupakan gejala miopia, yaitu:

  • Berlebihan mengedipkan mata
  • Sering menggosok-gosok mata
  • Pandangan kabur saat melihat objek jauh
  • Terserang sakit kepala karena mata bekerja berlebihan.

Miopia ditentukan berdasarkan dioptri, yakni unit pengukuran yang digunakan dokter ahli dalam pengukuran tingkat miopia, oleh masing-masing pengidap dengan mempunyai 3 tingkat keparahan, yaitu:

  1. Rabun jauh ringan. Tingkat ringan, umumnya membutuhkan kacamata ketika melakukan aktivitas tertentu, seperti membaca.
  2. Miopia menengah. Bagi tingkat menengah, dianjurkan untuk selalu memakai kacamata atau lensa kontak.
  3. Rabun jauh berat. Untuk miopia yang sudah berat, pengidap sangat memerlukan kacamata atau lensa kontak. Karena jika tidak memakai alat bantu penglihatan tersebut, pengidap hanya bisa melihat suatu objek jika objek tersebut sangat dekat dengan si pengidap.

Penyebab Rabun Jauh

Miopi atau rabun jauh terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh pada tempat yang semestinya, yaitu retina. Kondisi ini disebabkan oleh bentuk bola mata yang lebih panjang dari bola mata normal. Miopi juga bisa terjadi ketika kornea dan lensa mata, yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada retina, mengalami kelainan.

Hingga saat ini, penyebab bola mata lebih panjang dari normal belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko tersebut, antara lain:

  • Genetik
    Seseorang yang orang tuanya mengalami rabun jauh memiliki risiko lebih besar untuk menderita rabun jauh
  • Kurang sinar matahari
    Seseorang yang jarang beraktivitas di luar ruangan lebih berisiko menderita rabun jauh karena kurang mendapatkan sinar matahari
  • Kekurangan vitamin D
    Sebuah penelitian mengatakan bahwa seseorang yang mengalami kekurangan vitamin D berisiko mengalami miopi
  • Kebiasaan membaca atau menonton terlalu dekat
    Seseorang yang sering membaca, melihat layar monitor, atau menonton terlalu dekat dengan mata lebih mudah terkena rabun jauh.

Diagnosis Rabun Jauh

Pihak medis akan menanyakan gejala-gejala yang muncul, sejak kapan munculnya gejala tersebut, serta tingkat keparahannya. Setelah itu, pihak medis akan melakukan pemeriksaan mata. Pihak medis juga akan memeriksa ketajaman mata pasien dengan menggunakan Snellen chart. Pada pemeriksaan ini, pasien akan diminta melihat diagram dari jarak 6 meter, kemudian membaca huruf-huruf atau angka pada diagram tersebut mulai dari yang ukurannya paling besar hingga paling kecil.

Jika dicurigai menderita mata minus, pihak medis akan meminta pasien untuk kembali membaca huruf dan angka dengan dibantu lensa minus. Lensa minus ini diletakkan di dalam alat bernama refraktor. Pihak medis akan mengganti lensa hingga menemukan ukuran lensa yang sesuai dengan pasien.

penglihatan pasien masih terganggu, pihak medis dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pemeriksaan pupil, untuk melihat respons pupil terhadap cahaya dengan menyinari mata menggunakan senter atau lampu khusus
  • Pemeriksaan gerakan mata, untuk melihat apakah mata pasien bergerak dengan selaras atau tidak
  • Pemeriksaan penglihatan samping, untuk mengetahui kondisi dan kemampuan penglihatan samping pasien
  • Pemeriksaan bagian depan bola mata, untuk melihat adanya luka atau katarak pada bagian kornea, iris, lensa dan kelopak mata
  • Pemeriksaan retina dan saraf mata, untuk melihat adanya kerusakan pada retina atau saraf mata
  • Pemeriksaan tekanan bola mata, untuk melihat apakah ada peningkatan tekanan pada bola mata dengan menekan mata secara perlahan menggunakan alat khusus.

Penanganan Rabun Jauh

Penanganan miopi atau rabun jauh bertujuan untuk membantu agar cahaya bisa terfokus pada retina. Jenis penanganan yang dipilih tergantung pada usia pasien, tingkat keparahan rabun jauh, serta kondisi kesehatan pasien.

  • Penggunaan kacamata atau lensa kontak
    Langkah penanganan miopi atau rabun jauh yang paling sederhana dan terjangkau adalah dengan menggunakan kacamata atau lensa kontak. Pemilihan kacamata serta lensa kontak tergantung pada kebutuhan serta kenyamanan pasien. Ketika memilih menggunakan lensa kontak, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan lensa kontak agar terhindar dari infeksi mata. Lensa kontak juga sebaiknya dilepas sebelum tidur.
  • Operasi dengan sinar laser (LASIK)
    Operasi dengan sinar laser, misalnya LASIK dan SMILE, juga dapat menjadi alternatif. Hampir seluruh pasien yang menjalani operasi ini merasakan perubahan yang signifikan. Dalam operasi ini, sinar laser akan digunakan untuk mengatur lengkungan kornea. Perlu diingat, prosedur ini tidak cocok untuk penderita di bawah 21 tahun karena mata mereka masih dapat berkembang.
  • Implan lensa buatan
    Implan lensa buatan dilakukan untuk menangani miopi atau rabun jauh yang parah dan tidak bisa ditangani dengan operasi laser. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan lensa buatan tanpa mengeluarkan lensa mata yang asli, atau mengganti lensa yang asli dengan lensa buatan.

Komplikasi Rabun Jauh

Rabun jauh telah dikaitkan dengan berbagai komplikasi dari ringan hingga berat, seperti:

  • Penurunan kualitas hidup. Rabun jauh yang tidak dikoreksi dapat mempengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Sebab, pengidapnya mungkin tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.
  • Ketegangan mata. Rabun jauh yang tidak dikoreksi dapat menyebabkan pengidapnya menyipit, atau membuat mata tegang untuk mempertahankan fokus. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala.
  • Keamanan terganggu. Keselamatan pengidap rabun jauh dan orang lain dapat terancam jika kondisi matanya tidak ditangani. Terutama jika pengidap rabun sedang mengendarai mobil atau mengoperasikan alat berat.
  • Masalah mata lainnya. Rabun jauh yang parah dapat meningkatkan risiko ablasi retina, glaukoma, katarak, dan makulopati rabun, yaitu kerusakan di area retina pusat.

Pencegahan Rabun Jauh

Hingga saat ini, perkembangan miopia tidak dapat dicegah, terutama jika memiliki orangtua dengan riwayat miopia. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna memperlambat perkembangannya, yaitu:

  • Batasi waktu layar, terutama layar komputer, televisi, dan gawai
  • Ikuti aturan 20-20-20 dengan istirahat 20 detik setiap 20 menit untuk melihat sesuatu yang berjarak 20 kaki
  • Habiskan lebih banyak waktu di luar ruangan
  • Lakukan pemeriksaan mata secara teratur
  • Kenakan lensa korektif seperti yang ditentukan oleh spesialis mata
  • Jika menggunakan lensa kontak, ikuti instruksi pemakaiannya dengan baik. Termasuk tidak memakainya lebih lama dari yang diarahkan, saat berenang, atau tidur.
  • Kenakan kacamata hitam dengan perlindungan radiasi ultraviolet (UV)
  • Gunakan kacamata pelindung saat melakukan aktivitas tertentu, seperti menggunakan bahan kimia beracun atau berolahraga tertentu
  • Kelola kondisi kesehatan kronis, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes
  • Makan makanan yang kaya buah-buahan, sayuran, dan asam lemak omega-3
  • Hindari merokok.

Leave a Reply