Leukimia Limfositik Kronis – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Leukimia Limfositik Kronis – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
Leukimia Limfositik Kronis – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Penyakit Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfositik kronis merupakan salah satu jenis penyakit kanker darah yang lebih banyak diderita kaum dewasa. Penyakit CLL ini memiliki tahap perkembangan yang perlahan namun berbahaya dan bisa menyebabkan kematian. Bahkan, samarnya gejala CLL membuat penyakit ini sulit terdeteksi di masa awal infeksi.
Pada penyakit leukemia limfositik kronis ini, sel kanker berkembang dan memburuk secara perlahan. Biasanya, gejala baru dapat dirasakan ketika sel kanker sudah menyebar ke organ lain seperti hati, limpa, atau kelenjar getah bening. Pengobatan penyakit ini juga bergantung pada stadiumnya, sehingga harus cepat mendapatkan penanganan.
Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui beberapa hal terkait leukemia limfositik kronis. Selain gejalanya, perhatikan juga penyebab serta penanganan yang dianjurkan untuk penyembuhan penyakit ini.

Gejala Leukemia Limfositik Kronis

Penyakit leukemia limfositik kronis ternyata seringkali menjadi kasus bagi orang dewasa. Bahkan penderita penyakit CLL ini biasanya adalah orang berusia lanjut. Beberapa gejala yang umumnya ditampilkan selain sesak napas adalah rentan terhadap infeksi.
Hanya saja, perhatian terhadap gejala tersebut kadang disepelekan dan belum dirasakan secara akut. Beberapa diagnose justru diketahui ketika sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lainnya. Jadi, sangat penting mewaspadai gejala yang ditunjukkan dan segera melakukan pemeriksaan.

Penyebab Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfoblastik akut disebabkan oleh perubahan atau mutasi genetik pada sel punca di sumsum tulang. Mutasi ini menyebabkan sumsum tulang memproduksi sel darah yang tidak matang dan tidak berfungsi normal, serta mengganggu produksi sel darah yang sehat.

Belum diketahui apa yang menyebabkan mutasi tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini, yaitu:

  • Menderita kelainan genetik tertentu, seperti Down syndrome
  • Pernah menjalani pengobatan kanker, baik kemoterapi maupun radioterapi
  • Terpapar radiasi tinggi, misalnya karena bekerja di reaktor nuklir atau menjadi korban bencana nuklir
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS atau mengonsumsi obat imunosupresif dalam jangka panjang
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  • Merokok.

Diagnosis Leukemia Limfositik Kronis

Diagnosis LLK dilakukan melalui pemeriksaan darah lengkap. Pada kasus LLK, biasanya ditemukan anemia, peningkatan leukosit, serta pembengkakan limpa dan kelenjar getah bening. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan fisik dan wawancara terkait keluhan yang dialami, riwayat penyakit keluarga, serta pola hidup yang dijalani.

Jika dibutuhkan, pihak medis juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes darah termasuk hitung darah lengkap. Tujuannya untuk mengetahui jumlah sel darah putih, sel darah merah, trombosit, serta hemoglobin.
  • Aspirasi sumsum tulang dan biopsi, untuk mencari tahu penyebab leukemia limfositik kronis. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dan jaringan sumsum tulang.
  • Tes genetik, dilakukan untuk mendeteksi perubahan pada gen TP53 atau IgVH.
  • Pemeriksaan USG, CT scan, dan rontgen untuk mengetahui penyebaran sel kanker di bagian tubuh lain.

Stadium Leukemia Limfositik Kronis
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dijalani pasien, dokter akan menentukan tingkat keparahan penyakit yang terbagi dalam 4 tingkatan stadium, yaitu:

  • Stadium 0
    Pasien memiliki terlalu banyak limfosit dalam darah, tetapi tidak mengalami gejala atau keluhan fisik tertentu.
  • Stadium 1
    Pasien memiliki terlalu banyak limfosit dalam darah dan mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening.
  • Stadium 2
    Stadium 2 ditandai dengan terlalu banyak limfosit dalam darah, pembengkakan pada kelenjar getah bening, serta pembesaran pada limpa dan hati.
  • Stadium 3
    Pasien memiliki terlalu banyak limfosit dalam darah dan sel darah merah yang terlalu sedikit. Pasien juga mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, serta pembesaran limpa dan hati.
  • Stadium 4
    Stadium 4 ditandai dengan terlalu banyak limfosit dalam darah, trombosit dan sel darah merah yang terlalu sedikit (trombositopenia dan anemia), pembengkakan kelenjar getah bening, serta pembesaran hati dan limpa.

Penanganan Leukemia Limfositik Kronis

Pengobatan leukemia limfositik kronis akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Jika masih tergolong ringan dan tidak menimbulkan gejala, penanganan intensif tidak diperlukan. Namun, pasien tetap harus memeriksakan diri secara berkala ke ahli onkologi dan menjalani tes darah agar kondisinya selalu terpantau.

Penanganan intensif akan diberikan ketika muncul gejala atau kondisi pasien sudah memburuk. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah:

  • Kemoterapi
    Kemoterapi adalah pemberian obat, baik melalui suntikan maupun diminum, untuk membunuh sel kanker. Obat yang diberikan dapat berupa obat tunggal, seperti chlorambucil atau fludarabine, atau kombinasi dari beberapa obat.
  • Terapi target
    Terapi target juga dilakukan dengan pemberian obat-obatan. Namun, obat yang diberikan dalam terapi ini berfungsi untuk menghambat protein yang digunakan sel kanker untuk bertahan dan berkembang. Contoh obat yang digunakan pada terapi ini yakni rituximab.
  • Transplantasi sumsum tulang
    Metode ini dilakukan dengan mengganti sel sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang sehat sendiri atau dari pendonor. Sebelum transplantasi sumsum tulang atau sel induk, pasien harus menjalani kemoterapi terlebih dahulu 1–2 minggu sebelumnya.

Perlu diketahui, metode di atas dapat menimbulkan beragam efek samping yang berbeda. Oleh sebab itu, jalani pemeriksaan rutin dan konsultasikan dengan ahlinya langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko efek samping.

Komplikasi Leukemia Limfositik Kronis

Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, leukemia limfositik kronis dapat menimbulkan komplikasi, antara lain:

  • Infeksi yang terjadi secara berulang, umumnya pada saluran pernapasan
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga sistem kekebalan malah menyerang sel darah yang sehat
  • Kanker yang lebih agresif, yaitu limfoma sel B atau sindrom Richter
  • Kanker tipe lain, seperti kanker kulit, kanker paru-paru, dan kanker saluran pencernaan

Pencegahan Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfositik kronis dapat dicegah dengan mengubah faktor risiko yang dapat dikendalikan, seperti kebiasaan merokok, paparan zat kimia berbahaya, stres, dan pola hidup tidak sehat. Caranya adalah dengan:

  • Mengonsumsi makanan bergizi yang seimbang, termasuk sayur-sayuran dan buah-buahan
  • Berolahraga secara rutin
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Mengelola stres dengan baik
  • Tidur dan beristirahat yang cukup.

Leave a Reply