Penyakit Difteri – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Penyakit Difteri - Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Penyakit Difteri - Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Gangguan kesehatan Difteri

Gangguan kesehatan difteri merupakan salah satu infeksi menular yang dikarenakan oleh bakteri Corynebcterium. Pada kasus yang sangat parah, gangguan kesehatan ini nantinya berpotensi menyebar ke berbagai anggota tubuh lain seperti halnya paru-paru, jantung hingga menyerang sistem syaraf. Seseorang dengan permasalahan difteri juga bisa mengalami infeksi kulit karena bakteri tersebut menghasilkan racun yang sangatlah berbahaya bagi tubuh.
Adanya gangguan kesehatan difteri ini sering kali ditemukan pada negara berkembang seperti halnya di Indonesia. Hal ini tidak lain karena kesadaran akan vaksinasi sangat rendah hingga menyebabkan kasus difteri ini bisa muncul di berbagai usia.

Faktor Risiko Difteri

Berbagai faktor risiko difteri, antara lain:

  1. Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun
  2. Belum mendapatkan vaksinasi difteri
  3. Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah
  4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS
  5. Gaya hidup yang tidak sehat; dan
  6. Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.

Penyebab Difteri

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa gangguan kesehatan difteri ini lebih disebabkan oleh bakteri yang menyebar melalui perantara udara, perlatan rumah tangga dan benda pribadi yang telah terkontaminasi. Dengan kata lain, jika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bersih atas penderita difteri, maka peluang terserang bakteri ini sangatlah besar. parahnya lagi, jika secara tidak sengaja menggunakan gelas minum yang sama, maka hal ini juga akan menyebabkan penularan atas penyakit ini.

Gejala Difteri

Ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan difteri, maka gejala umum yang sangat kontras dan bisa dikenali dengan nyata adalah adanya gangguan pada tenggorokan dan juga mulut. Selanjutnya, melalui suatu pemeriksaan, maka akan didapatkan beberapa gejala lain yang diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Adanya pembengkakan kelenjar di leher
  • Tenggorokan yang memiliki lapisan abu-abu
  • Masalah pernafasan di saat menelan
  • Kondisi menggigil dan demam
  • Batuk yang kronis
  • Munculnya cairan pada hidung
  • Gangguan pada penglihatan
  • Munculnya tanda-tanda shock seperti berkeringat, pucat hingga jantung yang berdetak kencang

Diagnosis

Pihak Medis akan melakukan pemeriksaan fisik dari melihat tanda dan gejala sebelum melakukan diagnosis pada Anda atau anak.
Apabila Pihak Medis melihat lapisan abu-abu pada tenggorokan dan amandel, maka dapat diduga penyakit difteri.
Dokter juga dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang dialami oleh anak. Namun, metode paling aman untuk mendiagnosis difteri adalah dengan melakukan tes swab.
Sampel jaringan yang terpengaruh akan diambil dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa, dan diuji toksisitasnya:

  1. Spesimen klinis yang diambil dari hidung dan tenggorokan.
  2. Semua kasus yang dicurigai dan melakukan kontak dengan mereka diuji.

Komplikasi Difteri

Beberapa komplikasi difteri yang dapat terjadi, antara lain:

  1. Saluran napas tertutup
  2. Kerusakan otot jantung (miokarditis)
  3. Kerusakan saraf (polineuropati)
  4. Kehilangan kemampuan bergerak (lumpuh)
  5. Infeksi paru-paru (pneumonia hingga gagal napas) dan
  6. Difteri hipertoksik yang memicu pendarahan dan gagal ginjal.

Pengobatan Difteri

Penanganan gangguan kesehatan difteri ini terbilang sangat serius, dimana pihak medis akan memberikan suatu suntikan antitoksin yang berfungsi untuk melawan racun dari bakteri penyebab difteri tersebut. Namun, jika seseorang alergi dengan antitoksin, maka bisa mengutarakan kepada pihak medis untuk disesuaikan dengan dosisinya. Bahkan, beberapa dokter juga menyarankan agar seseorang dengan difteri untuk menjalani opname di rumah sakit. Sangat disarankan bagi penderita untuk melakukan pengobatan alternatif yaitu dengan mengonsumsi Obat-obatan Herbal yang bisa membantu menyembuhkan difteri ini tanpa efek samping, karena Terbuat dari Bahan Herbal Alami.
Selain itu, atas adanya gangguan kesehatan difteri, seseorang juga akan diminta untuk melakukan bedrest atau istirahat total demi mempercepat proses penyembuhan. Tidak hanya itu saja, beberapa penderita ada yang diisolasi demi menghindari adanya penyebaran virus tersebut.

Pencegahan Difteri

Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian vaksin difteri yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi DPT termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun.

Guna memberikan perlindungan yang optimal, vaksin sejenis DPT (Tdap atau Td) akan diberikan pada rentang usia 10-12 tahun dan 18 tahun. Khusus untuk vaksin Td, pemberian dilakukan setiap 10 tahun.
Tak hanya pada anak-anak, vaksin difteri juga perlu diberikan pada orang dewasa.

Bagi anak-anak berusia di bawah 7 tahun yang belum pernah mendapat imunisasi DPT atau tidak mendapat imunisasi lengkap, dapat diberikan imunisasi kejaran sesuai jadwal yang dianjurkan dokter anak. Khusus bagi anak-anak yang sudah berusia 7 tahun ke atas dan belum mendapat imunisasi DPT, dapat diberikan vaksin Tdap.

Leave a Reply