Nokturia – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Nokturia – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati
Nokturia – Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

Penyakit Nokturia

Nokturia merupakan istilah dalam dunia medis untuk menyebutkan gangguan buang air kecil secara berlebihan, terutama di malam hari. Kondisi semacam ini tentu sangat mengganggu aktifitas tidur seseorang yang seharusnya berkualitas di waktu malam. Namun, Nokturia juga bisa menjadi gejala kesehatan lainnya.
Kondisi seringnya buang air kecil di waktu malam akan mengurangi jatah tidur yang seharusnya 6 hingga 8 jam setiap harinya. Bila mengalami kondisi demikian, kualitas tidur akan terganggu dan mengakibatkan kondisi lain seperti tekanan darah menurun atau melemahkan sistem imun tubuh.
Beberapa hal yang juga menyangkut kondisi nokturia pada seseorang adalah indikasi kesehatan terganggu. Ternyata, nokturia menjadi gejala bila penyakit yang berhubungan dengan kondisi saluran kencing, diabetes, hingga tumor pun bisa menyebabkan seseorang mengalami nokturia terlebih dulu.

Gejala Nokturia

Nokturia tidak bisa dianggap sebagai kondisi yang remeh. Seseorang yang mengalami nokturia secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk diagnosa lebih lanjut. Beberapa gejala nokturia selain kencing di malam hari adalah sebagai berikut:

  • Gelisah saat malam hari
  • Tubuh terasa panas meski tidak berkeringat atau kondisi cuaca sejuk
  • Bangun lebih dari tiga kali di malam hari hanya untuk buang air kecil dengan kadar urin yang sama.

Nokturia dibedakan menjadi empat macam berdasarkan permasalahannya. Namun, kondisi semacam ini lebih sering dialami oleh mereka yang berusia sekitar 30 tahun ke atas dan ibu hamil. Sering buang air kecil pada nokturia juga berbeda dengan kondisi mengompol atau siklus buang air yang dialami bayi maupun balita.

Penyebab Nokturia

Penyebab dari nokturia berkisar dari pilihan gaya hidup hingga kondisi medis. Nokturia paling umum terjadi pada lansia, tapi dapat terjadi pada orang dengan usia berapa saja.

Berbagai kondisi medis dapat menyebabkan nokturia. Salah satu penyebab utama adalah infeksi saluran kemih. Infeksi ini menyebabkan sensasi terbakan dan rasa untuk perlu segera buang air kecil pada siang dan malam hari, serta perawatan biasanya memerlukan antibiotik. Kondisi medis lainnya yang dapat menyebabkan nokturia meliputi:

  • Infeksi atau pembesaran prostat
  • Turunnya kandung kemih
  • Sindrom kandung kemih yang overaktif
  • Tumor pada kandung kemih, prostat atau area pelvis
  • Diabetes
  • Kegelisahan
  • Infeksi ginjal
  • Edema, atau pembengkakan pada kaki bawah
  • Penyakit neurologis, seperti multiple sclerosis (MS), Parkinson’s disease, atau kompresi saraf tulang belakang

Nokturia juga umum terjadi pada orang-orang dengan kegagalan organ, umumnya gagal jantung atau hati, dan pengidap diabetes.

Kehamilan: Nokturia dapat menjadi gejala awal dari kehamilan. Kondisi ini dapat muncul pada awal kehamilan, namun lebih umum terjadi kemudian, saat rahim menekan kandung kemih.

Sleep apnea: Nokturia dapat menjadi gejala dari obstructive sleep apnea. Hal ini dapat terjadi walau kandung kemih tidak penuh. Begitu sleep apnea terkendali, nokturia biasanya akan menghilang.

Efek samping obat: Beberapa pengobatan dapat menyebabkan nokturia sebagai efek samping, terutama sebagai efek samping dari diuretik (water pills), yang diberikan untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Pengidap harus mencari perawatan medis darurat jika kehilangan kemampuan untuk buang air kecil, atau tidak dapat mengendalikan buang air kecil.

Akibat gaya hidup: Penyebab umum dari nokturia adalah konsumsi cairan yang berlebih. Alkohol dan minuman berkafein merupakan diuretik, di mana jika pengidap mengonsumsinya, tubuh akan menyebabkan lebih banyak urine. Mengonsumsi alkohol atau minuman berkafein secara berlebih dapat menyebabkan bangun tidur dan perlu buang air pada malam hari.

Faktor Risiko Nokturia

Ada banyak faktor risiko untuk nokturia, meliputi :

  1. Usia: Lansia cenderung mengalami nokturia
  2. Peredaran: Gagal jantung kongestif–cairan edema yang menumpuk di jaringan selama siang hari akibat gagal jantung dapat meningkatkan buang air kecil pada malam hari.
  3. Lingkungan / toksisitas: Mercury Toxicity (Amalgam Illness)
  4. Hormon: Hyperparathyroidism
  5. Kesehatan organ: Pembesaran prostat, diabetes tipe II
  6. Pernapasan: Obstructive sleep apnea (OSA)
  7. Tumor, jinak: Fibroid – Fibroid dapat menyebabkan peningkatan frekuensi dan urgensi buang air kecil
  8. Tumor, ganas: Kanker prostat

Diagnosis Nokturia

Untuk menegakan diagnosis, pihak medis akan mengevaluasi gejala dan melakukan pemeriksaan fisik. Pertanyaan yang mungkin diajukan termasuk:

  • Berapa kali pengidap bangun untuk buang air kecil di malam hari?
  • Berapa lama pengidap telah mengalami buang air kecil di malam hari?
  • Kegiatan rutin pengidap sebelum tidur. Misalnya, jika ia minum banyak cairan atau mengonsumsi diuretik sebelum tidur, ini dapat menyebabkan buang air kecil di malam hari.
  • Kapan gejala ini dimulai?
  • Apakah disertai dengan gejala lain?
  • Apa saja obat-obatan yang digunakan?
  • Apakah terdapat riwayat diabetes maupun masalah kandung kemih dalam keluarga?
  • Apakah ada hal yang dapat berdampak negatif terhadap kondisi pengidap?

Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan, pihak medis dapat memesan serangkaian tes untuk menentukan penyebab sering buang air kecil, seperti:

  1. Urinalisis melihat senyawa kimia yang ada dalam urine. Konsentrasi urine menentukan apakah ginjal pengidap mengeluarkan air dan produk limbah dengan benar.
  2. Tes kultur urine dan pengukuran urine residual pasca-void.
  3. Tes USG area panggul untuk melihat berapa banyak urine yang tersisa di kandung kemih setelah buang air kecil.
  4. Tes gula darah
  5. Tes nitrogen urea darah
  6. Tes osmolalitas darah
  7. Tes elektrolit serum
  8. Tes kreatinin

Tes-tes ini dapat menentukan seberapa baik fungsi ginjal dan mengukur konsentrasi senyawa kimia tertentu dalam darah pengidap. Selain itu, hasil tes-tes ini dapat menentukan apakah gangguan buang air kecil di malam hari merupakan efek samping dari penyakit ginjal, dehidrasi, atau diabetes.


Penanganan Nokturia

Pengobatan penyakit nokturia seringkali bergantung pada penyebabnya. Misalnya, jika minum terlalu banyak sebelum tidur, dokter dapat merekomendasikan untuk membatasi cairan setelah waktu tertentu.

Perilaku tertentu juga dapat mengurangi frekuensi buang air kecil di malam hari. Misalnya saja:

  • Tidur siang dapat membantu pengidap merasa lebih istirahat.
  • Angkat kaki atau kenakan stocking kompresi, dapat mendorong sirkulasi cairan dan dapat membantu meminimalkan buang air kecil di malam hari.
  • Obat-obatan juga dapat membantu mengurangi buang air kecil di malam hari. Obat-obatan dapat mengurangi gejala, tapi tidak dapat menyembuhkan buang air kecil di malam hari. Setelah pengidap berhenti meminumnya, gejala akan kembali.

Kelas obat yang disebut antikolinergik dapat merelaksasi kejang otot di kandung kemih. Jenis obat ini dapat bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan buang air kecil. Jika pengidap mengompol, beberapa antikolinergik juga dapat mengurangi gangguan ini. Namun, obat-obatan ini dapat menyebabkan efek samping seperti mulut kering, pusing, dan pandangan kabur.

Pencegahan Nokturia

Pencegahan yang dapat dilakukan pada nokturia, meliputi:

  • Kurangi jumlah cairan yang diminum sebelum tidur.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
  • Hindari makanan yang bersifat diuretik seperti coklat, pemanis buatan.
  • Latihan kegel untuk memperkuat otot pelvik dan meningkatkan kendali pada otot kemih.

Leave a Reply